What is Tableau consulting?

Tableau consulting is a service provided by professionals who have expertise in using Tableau, a data visualization and business intelligence software. These consultants work with organizations to…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




DOLSKI.

Menapakan kaki untuk yang kesekian kalinya di tempat tujuan, Farka dan Abilo memasuki gedung mewah yang di kenal sebagai bar istimewa.

Saat masuk ke dalam sana, Tak jauh berbeda dengan bar lainnya yang rasanya tempat berkumpulnya para pendosa.

Para manusia yang hanya menikmati kenikmatan dunia, Karena hanya tempat ini yang bisa memanusiakan manusia.

Tak ada yang tidak pendosa, Tidak bisa saling menghina sebab semuanya sama.

Ace meneguk habis vodka dalam satu tegukan, Rasanya sedikit lega.

Pelampiasan amarah dan kecewa dari orang tuanya ia luapkan dalam ruangan engap penuh manusia.

Hingga tiba-tiba seseorang datang menyelipkan bagian rambut ace ke samping telinga.

“jangan di potong rambutnya, cantik.”

Hanya satu kalimat, Tapi bukti bahwa Ace merasa sangat di manusiakan sebagai manusia oleh manusia.

Ace tersenyum tipis kala tau bahwa Farka menepati janji untuk menemaninya malam ini.

“ganteng, anjing!”

“cantik, sayang.”

Tidak Ace hiraukan, Tapi pipinya yang merah membuat Farka di hampiri gejolak tawa yang lumayan besar.

Farka melirik bagian lengan Ace, Tercetak bekas kemerahan yang sepertinya sedang di sembunyi oleh sang pemilik.

Farka biarkan, Ia tunggu Ace yang mulai bercerita sebab jika belum memulai, Farka mengerti bahwa Ace belum nyaman.

Ia menatap wajah si manis dengan seksama.

Bagaimana sempurna dan indahnya Ace, tak pernah bisa di jabarkan olehnya.

Hanya mata yang memancarkan segalanya, Farka mengerti bahwa Ace masih merasa “kurang” dan “gelap”.

Farka menyalakan sebatang rokok bermerek yang di selipkan pada jari telunjuk dan jari tengah.

Di nyalakan apinya, Menghisap benda nikotin itu hingga mengepulkan asap saat ia hembuskan dengan kerennya.

“gue bangga banget sama lo, hebat.”

Ace menaikan alisnya, “atas dasar?”

Bukannya menjawab, Farka malah memposisikan badannya bertumpuan dengan tangan dan lututnya.

“kenapa, kena sasarannya?”

“ngomong apasih bangsat, ga ngerti.”

“maksudnya, gue tepat sasaran ga mengenai titik yang jadi kekhawatiran lo sekarang?”

Sederhana, Namun mampu membuat Ace bungkam tak berkutik. Farka selalu tiba-tiba dan sialnya selalu tepat.

“karna gue gamau tau masalahnya apa, gue gaada sebutin statement soal perasaan lo kecuali gue bangga sama lo.”

Ace bukan orang lemah yang bercerita sana sini bagaimana susahnya ia menghadapi keluarganya.

Bagaimana Ace butuh kasih sayang yang rasanya seperti fatamorgana.

Tapi Farka datang, Menawarkan segala afeksi dan tumpuan hidup hingga ia kembali merasa utuh.

Ace orang yang problematic, Tapi pernahkan Farka mengeluh sekali saja?

Farka mengulurkan tangannya, “ayo dansa, cantik.”

Ace menerima tentu saja, jadi Farka rengkuh pinggang si manis agar tak ada yang mengganggu miliknya.

Malam itu, Lantai dansa menjadi saksi adanya dua remaja dengan segala afeksi yang terjamin adanya.

Begitu pula dengan remaja berkelahiran bulan Juni yang sedang berdiri di samping mini bar yang tak begitu tersorot.

Abilo Bimantara, sosoknya tak jauh berbeda dengan pria kebanyakan.

Mengenal sangat akrab segala bentuk alkohol dan benda nikotin berbahaya.

Juga, Beberapa kali berkesempatan mencicip kenikmatan seks duniawi. Pada dasarnya, ia tak se-suci itu untuk disebut anak baik-baik.

Abilo pandai berbuat dosa, tak lebih baik dari makhluk tercela lain.

Hanya saja, hingar-bingar kehidupan malam kini tak menarik perhatiannya, Semua sudah ia lewatkan bersama Farka.

Namun, kini kewarasannya terkikis habis. Rasa malas bersosialisasi menguap, rasa enggan untuk berinteraksi dengan orang asing pun turut lenyap.

Abilo berada di dalam sangkar gaduh, berdiri kokoh di bawah plang besar bertuliskan DOLSKI.

Netra legam menatap punggung Farka yang sedang berdansa dengan Ace, begitu pula dengan Marka dan Waiz yang melenggang pergi membawa dua— ah, bukan. Tiga pekerja seks mereka bawa sekaligus.

“Marka sama Waiz kalo kesini emang suka kayak gitu, agak gila gue rasa.” sahut seseorang, seolah mengetahui dengan pasti kehidupan seksual kedua sahabat Abilo.

Kembali membuka suara. “Nah, sekarang giliran lo.” sosok itu tersenyum manis menatap Abilo. “Kira-kira pelacur mana yang lo suka?”

Kerlingan nakal itu cukup membuat Abilo hampir gila. Nafasnya sesak.

Alan— orang yang menyulut rasa penasaran Abilo ini ternyata begitu atraktif dan jauh lebih mempesona ketika dilihat secara langsung.

Apa yang terlihat di laman sosial media hanya secuil dari keindahan Alan yang sesungguhnya.

“Ini.” desis Abilo lirih, Jari telunjuk mendorong dada Alan dengan berani.

Senyum manis yang lebih muda luntur begitu saja, berganti raut bingung disertai kerutan pada dahi. “Hm?”

“Mau lo. Gue mau lo buat malem ini.”

si Abiyaksa mengerjap, Sejurus kemudian ia terkekeh sembari mengusap sudut matanya.

“Sayang...” panggilnya. Tungkai dibawa mendekat. “yang ini gak dijual.” ucap Alan sembari menunjuk diri sendiri, Sementara sudut bibirnya membentuk seringai tipis.

Meski begitu, Abilo tak terlihat ingin mengakhiri negosiasinya. “Gue bisa bayar berapapun yang lo minta, sebutin aja.”

Gelak tawa terdengar.

“Gue bukan pelacur.” balas Alan sembari mengalungkan lengan pada bagian leher sang lawan bicara.

“I know.” tak ingin kalah, Abilo rengkuh pinggang ramping sosok yang membuatnya penasaran setengah mati.

Sial...

Aroma tubuh seorang Alan Abiyaksa benar-benar memabukkan.

Rasanya, siapapun bisa tunduk memuja kapan saja ketika menyesap semerbak manis tersebut.

Jemari indah milik Alan terulur, memberi belaian seduktif pada rahang tegas Abilo. “Udah keras?”

“udah.”

Sang mucikari tersenyum miring.

Cup...

Alan kecup singkat bibir Abilo. Benar-benar singkat hingga membuat yang lebih tua mengerang frustasi.

“Lagi...” pintanya, kali ini nada permohonan begitu jelas terdengar.

Suaranya serak, Netranya berkabut, Nafsu telah berada di ubun-ubun, bagian selatan pria itu terasa mengeras dan panas, ingin dibebaskan juga dibenamkan pada lubang milik Alan.

Hanya Alan.

“Ayo, kita cari kamar.”

Add a comment

Related posts:

What Is Contrast Of Color?

Contrast is the difference in luminance or chrominance between two colors. The greater the difference, the higher the contrast. When defining color contrast, we usually refer to lightness contrast…

How much of my workday as a consultant can Chat GPT automate?

Everyone and their mum is using Chat GPT these days. Literally. My own mum is using Chat GPT to help her on her work with innovation policy and research. My own typical workday as a consultant in a…